Wawancara dengan
Pat Symonds
Bagaimana
tim-tim bisa memastikan Pebalap bisa start dengan baik ?
Banyak hal bisa
dillakukan dan pemetaan start khusus akan dipiih di ECU untk menolong pebalap
mengontrol putaran mesin prastartnya misalnya. Regulasi mengharuskan pemetaan
ini dipakai pada lap pertama lomba, yang membuat gas lebih sulit dikontrol di
tikungan. Karenanya dibutuhkan kompromi.
Pedal pelat kopling
ganda juga menolong pebalap. Dia akan menggunakan yang pertama untuk ada di
posisi bite point disaat pelat kedua
sedang ditekan habis. Saat lampu padam, dia dengan cepat melepas pedal kedua
sehingga system langsung ada di bite
point. Dia lalu memakai pedal
pertama untuk mendapatkan start bagus
Akan tetapi, terlepas
dari semua kecanggihan ini, tetap saja tidak ada yang bisa menggantikan peran
sebuah latihan.
Saat satu lap pemanasan apakah pebalap
mesti melalukan suatu hal selain mengendara mobil hingga posisi start
masing-masing ?
Pasti ada
beberapa prosedur yang mesti dipenuhi, dan mungkin yang paling signifikan
adalah mengecek apakah mobil sudah siap dipakai untuk lomba. Untuk
melakukannya, pebalap biasanya disuruh untuk melakukan latihan start di akhir
pit lane. Ini tak sama dengan saat start di grid karena permukaan aspalnya
berbeda dan ban akan memiliki temperature berbeda seperti saat start sungguhan,
tapi para mekanik masih bisa mengecek apakah kopling sudah pas dan bagaimana
respons dari mesin.
Beberapa pebalap juga
merasakan bagaimana kondisi mobil, tapi tentu saja ban jauh dari kondisi lomba,
apa pun yang mereka rasakan pasti menipu. Para mekanik biasanya akan memasang
ban yang sudah bertemperatur tinggi dari biasanya kerena ban akan bertambah
panas dan tekanannya pun meninggi. Dengan setelan suhu yang lebih tinggi paling
tidak bisa membuat pebalap “merasakan” mobil lebih baik.
Tentu
saja bila kondisi sirkuit juga berubah sejak kali terakhir dipakai, lap
pemanasan hingga ke grid itu menjadi bertambah penting. Kalau sirkuitnya lembab
atau basah, itulah satu-satunya kesempatan buat pebalap untuk melihat di mana
genangan air berada dan seberapa besar grip di sana.
Mengapa
terkadang kita melihat ada pebalap masuk ke pit dan kemudian melakukan satu lap
pemanasan lagi ?
Tentu kalau
mempelajari permukaan basah mereka mungkin ingin melakukan beberapa lap untuk
memastikan bahwa mereka mengerti di mana ada genangan air dan mungkin menjajal
seberapa kencang mereka bisa menggeber mobil. Mereka mungkin juga mau mencoba
beberapa jalur balap atau bahkan, kalau kondisi lembab, membandingkan ban
intermediate dan ban botak.
Kalau
kondisinya normal, alasan utama melakukan lebih dari satu lap pemanasan adalah
kalau timbul masalah atau ketidakpastian. Andai, misalnya, kalau ada
ketidakkonsistenan di kopling, teknisi meminta si pebalap melakukan dua kali
latihan start dengan setelan kopling
berbeda. Dia bisa melakukan ini hanya dengan masuk pit lagi dan
melakukan latihan start lagi diujung pit lane.
Kalau
masalah besar ditemukan di malam harinya, mereka butuh pengecekan. Bila benaar
terjadi, para mekanik akan melakukan perbaikan pada minggu pagi, tapi lap
pemanasan menuju grid adalah kesempatan terakhir untuk mengecek apakah
perbaikan itu bagus dan penyetelan mesin baik.
Begitu
mobil sampai di grid, para mekanik mengerumuninya.
Berapa banyak mekanik yang diizinkan ada di grid dan apa yang mereka lakukan ?
Tampaknya banyak laptop juga yang digunakan ya. Mengapa ?
Satu-satunya batasan jumlah orang
yang diizinkan ada di grid adalah total 48 personel teknik per tim yang didata
oleh FOTA, plus beberapa orang yang mendapat pas masuk ke grid. Banyak dari
mereka yang ada di grid biasanya tidak melakukan tugas penting.
Para mekanik dan teknisi
menghabiskan waktu untuk mengecek dan mengecek ulang setiap aspek kelaikan
mobil dengan melakukan pengecekan detail mirip dengan apa yang dilakukan oleh
para pilot sebelum take off. Kebanyakan
pengecekan saat ini dilakukan dengan memeriksa system elektronik mobil, makanya
laptop ada di mana-mana.
Sementara itu, para teknisi yang memanfaatkan
menit-menit akhir boleh berada di grid itu dengan bicara opsi strategi ke
pebalap, mengingatkan kembali akan rencana lomba yang sudah di sepakati.
Apakah prosesi
itu bersifat informal jadinya ?
Tidak,
jauh dari itu. Waktu begitu berharga dan race-engineer yang bertanggung jawab
akan mobil bakal menyalakan stop watch saat sinyal lampu tanda pit
lane dibuka menyala. Setiap aksi di catat sejak itu. Daftar detail dipegangnya,
yang berisi apa yang mesti dikerjakan seseorang dalam hitungan detik. Ini
termasuk hal-hal misalnya kapan mesin terakhir kali dinyalakan dan kapan
pebalap mesti duduk di mobil, juga hal penting lainnya seperti memastikan ban
yang tepat sudah terpasang di mobil sebelum sinyal tiga menit di bunyikan.
Dengan
regulasi parc ferme sekarang tentu
tak banyak yang bisa dikerjakan terhadap mobil di grid?
Iya,
pastilah lebih sedikit dibanding dulu. Dulu bahkan kami punya waktu untuk
mengganti per atau roll-bar di grid tergantung persepsi pebalap bagaimana trek
akan berubah kondisinya. Saya mesti katakan ini biasanya lebih memilih efek
psikologis ketimbang murni fisik, tapi sasarannya adalah sama : performa
maksimal.
Satu lap
pemanasan itu, apa yang dibutuhkan pebalap dan teknisi dari sisi teknis ?
Beberapa tugas rutin
mesti dilakukan saat lap pemanasan, kita tidak bisa lagi melakukan “peluncuran
mobil” dari grid kalau kamu ada di front
row karena mobil tidak boleh
melintas lebih dari 100 km/jam hingga mereka melawati area pole position, tapi, bagaimana pun, pebalap masih bisa melakukan
latihan start dengan cara di mana para teknisi pengontrol melakukan pengecekan
akhir kapan saat mobil mulai masuk gigi (clutch
bite point) mencoba mengenali grip diposisi grid tertentu dari tempat di
mana pebalap melakukan start.
Sepanjang lap itu,
pebalap butuh kepastian semua gigi sudah sesuai dengan setelan, mesti
memastikan system control mengerti dimana posisi setiap gigi. Dia melakukannya
dengan cara pindah gigi lebih tinggi saat gas pol. Control elektonik lalu mampu
mengukur dan melacak ketepatan sudut dimana perpindahan batang girboks terjadi,
memastikan semua perpindahan gigi terjadi tepat waktu agar tak terjadi gangguan
dan untuk memastikan perpindahan itu dilakukan tanpa kehilangan torsi.
Apa
yang dimaksud dengan clutch bite point ?
Itu masa dimana kopling
mulai mentransfer torsi dari mesin ke girboks. Ketika mengendarai mobil biasa
kamu mengalaminya saat mengankat pedal kopling sampai mobil mulai berjalan,
itulah yang dimaksud bite point. Mobil
F1 mengukur bite point ini lebih akurat dengan cara terus menerus mengukur
torsi di batang girboks saat kopling terpakai.
Para
pebalap melakukan pemanasan ban di lap itu – apakah ini ada ketetapan tertentu
dari tim ?
Mendapatkan suhu
ideal buat ban sebelum start itu penting. Menggerakkan mobil ke kanan-kiri bisa
menghasilkan suhu tertentu, tapi seringnya dibutuhkan lebih dari itu. Ban depan
biasanya dipanaskan dengan cara memajukan keseimbangan rem depan lebih kedepan
dan lalu memakai rem seagresif mungkin. Ini memanaskan rem dan dengan sendirinya
memanaskan ban.
Untuk
memanaskan ban belakang mereka mesti diberi beban dan ini dilakukan dengan cara
berakselarasi cepat. Benar, memanaskan ban hingga ada kepulan asap tak
diperlukan karena ikut memanaskan suhu permukaan ban bukan kerangkanya dan,
karenanya, tak butuh traksi. Sayangnya, karena kecepatan saat itu rendah, hal
itu pun bisa membuat mesin panas kalau dilakukan berlebihan dan para teknisi
akan menyuruh pebalap membatasi aksinya di titik tertentu.
Saat
mobil F1 menyala tapi kondisinya diam (misalnya, saat menanti start di grid )
istilah “heat soak” kerap disebut-sebut. Apa maksud sebenarnya dan
seberapa besar problemnya ?
Sekarang ini ‘heat soak’ tak sebermasalah dulu. Untuk
beberapa tahun belakangan ini, mesin-mesin F1 mampu mematikan beberapa silinder
saat kekuatan penuh mesin tak dibutuhkan, dan saat menanti di grid mesin
mungkin akan menyala hanya dengan 4 silinder untuk meminimalkan terciptanya
panas. Tentu saja tak ada kipas radiator, jadi akhirnya mesin akan mulai
memanas kalau mobil terdiam tapi sesungguhnya mudah mengatasi kondisi saat
menanti di grid itu.
Sumber
: Majalah F1 Racing Indonesia Halaman 24-25 Edisi Februari 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar