Total Tayangan Halaman

Sabtu, 09 Agustus 2014

Pertemuan Mbah Kado dengan Damarwulan di Radio Transistor.

Kedatangan Mbah Kado di Stasiun Radio Transistor bikin kalang kabut. Maklum, ia nanya-nanya buat apa stasiun radio itu dibikin? Jawaban Ronce dkk jelas: jika mau jumpa fans dengan Damarwulan sang idola ya harus lewat tim Transistor dulu. Mbah Kado seperti hendak menggugat, kenapa ia tidak dilibatkan sejak awal supaya jika situasi makin panas, ia bisa ikut bertindak. Pengalaman Mbah jadi prajurit dan intel, mustinya dimanfaatkan. Tapi penjaga gawang radio Transistor merasa tak perlu prajurit, intel apalagi paranormal. Yang perlu prajurit dan intel dan paranormal itu kan mereka yang pingin diangkat jadi pembantu-pembantu Damarwulan. Prajurit bisa mengawal agar tak terkena sabotase pesaing. Intel bisa ikut kasak-kusuk untuk menjegal pesaing. Paranormal bisa ikut memberikan syarat agar dunia gaib ikut memberikan dukungan agar dapat kursi. Tak heran, kini paranormal ramai dikunjungi calon-calon abdi dalem yang namanya masuk dalam polling-polling. Mereka mendatangi dukun-dukun yang dikenal ahli dalam gosok menggosok nasib. Dengan harapan, syarat Om Dukun manjur dan mereka dapat kursi empuk. 

Alkisah, Kang Parno, mantan abdi dalem, dulu juga pernah ikut saran Dukun Gundul di gua Blora. . Ia disarankan tidur beralaskan daun jati. Eh, Kang Parno akhirnya kepilih jadi abdi dalem. Kang Parno memberikan referensi pada beberapa orang yang pingin bernasib sama. Alhasil, Eyang Gundul itu sekarang juga ramai didatangi orang-orang yang pingin dapat kursi. CV orang-orang itu dijampi-jampi oleh Dukun Gundul sebelum dikirim ke stasiun radio Transistor. Untuk kemudian diforward ke Damarwulan dengan cc ke Mamak Kerbau dan bcc ke Batara Kala

Cah Ora, sosok berkacamata yang juga kebelet jadi abdi dalem, dikasih syarat berziarah ke 20 makam keramat di Jawa sebelum tanggal 17. Syarat itu diiyakan olehnya, tapi karena sibuk dapat tugas dari Mamak, ia baru mengunjungi setengahnya. Ia pun cemas kalo gagal memenuhi syarat itu. Yang kelihatan sederhana tapi berat dalah syarat yang diberikan Eyang Gundul kepada Wanthu, bekas aktipis Surabaya yang juga ingin dapat kursi atau minimal dingklik dari Damarwulan. Ia disuruh mengokop (meminum) keringat Eyang Gundul yang dipers dari handuk panjung.  Eyang Gundul memang produksi keringatnya berlebih. Sehari semalam ia bisa mengumpulkan seliter keringat. Wanthu harus meminum keringat bau tengik itu setiap hari weton-nya. Untuk mensiasati agar tidak muntah, Wanthu mencampurnya dengan bir.

Ada juga tokoh yang dikasih syarat tapi akhirnya nyerah. Joni Stagen.  Joni kabarnya dikasih syarat berendam/ kungkum di sebuah situ (danau) di Bogor pada malam hari. Tapi baru sebentar ia tak tahan karena banyak nyamuk. Mana lingganya juga dipatil ikan. Akhirnya ia pasrah jika tak kebagian kursi. 

Kembali ke tim Transistor, meskipun mereka bilang ke Mbah Kado bahwa kantor itu tak perlu prajurit, intel apalagi paranormal, mereka tetap sungkan untuk menolak Mbah Kado. Akhirnya mereka usul ke Damarwulan agar Mbah Kado dikasih tugas khusus, usulan di setujui. Pertanyaannya, kenapa Damarwulan perlu sosok menyeramkan seperti Mbah Kado di masa-masa seperti ini? Apakah ada analisa intelijen bahwa akan terjadi ontran-ontran atau pertikaian fisik yang keras dengan kelompok lain? Penunjukan Mbah Kado dengan tugas khusus, apalagi dengan nama tugas memakai kata-kata seperti satgas (satuan tancap gas) atau satgaspol (satuan tancap gas sampai pol), tentu mengingatkan rakyat pada operasi2 militer maupun intelijen masa lalu. 

Jika operasi intelijen benar-benar digelar kubu Damarwulan, maka negeri nusantara bisa kembali mengalami masa-masa gelap.  Ingat, pembela kaum papa yang berkumis dan berambut kemerahan itu dulu meninggal karena operasi yang menyeramkan seperti ini. Anehnya, tak ada pembela HAM HIM HUM yang muncul utk menyoal tampilnya Mbah Kado dengan tugas khusus itu. Mereka sekarang kabarnya bersembunyi di Australia karena kuatir disalahkan akibat mendukung Damarwulan, yang ternyata memberi angin bagi orang-orang yang tidak menghargai nyawa pembela kaum papa. 

Dengan adanya tugas khusus, Mbah Kado juga makin dekat dengan Damarwulan, sehingga bisa bisik-bisik siapa tahu CV anaknya dipertimbangkan untuk kursi abdi dalem yang menangani urusan pemuda-pemudi. Maklum, anak Mbah Kado beberapa minggu lalu sukses nanggap campursari sehari dengan sinden-sinden ibukota untuk mendukung Damarwulan.  Meskipun lapangan bola tidak penuh sesak amat, tapi dengan teknik olah foto dan kampanye sosial media jadi kelihatan sangat riuh waktu itu. Jika akhirnya CV anak Mbah Kado dipertimbangkan Damarwulan, maka Bejadmiko yang berharap jadi abdi dalem harus menyimpan mimpinya buat 5 tahun lagi.  Sudah jadi rahasia umum, Bejadmiko juga incar kursi itu. Foto Bejadmiko berangkulan haru dengan Mbah Kado setelah berita hitung cepat itu. barangkali tak akan disimpan lama-lama oleh Bejadmiko karena saking terpukulnya. Jika itu benar-benar terjadi, maka sekali lagi, kiri kena tipu. Intel kok dilawan?.  Bejadmiko pun harus kembali merenungkan ucapan Cak Arem-Arem: JASMEWAH (jangan2 sekali2 melupakan weling simbah). Demikian cerita kasir Toko Mebel “Raposo” di Pasar Sukamaju. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar