Total Tayangan Halaman

Senin, 18 Agustus 2014

Penghianatan Mak Banteng CS di Hari Kemerdekaan

cerita ini berjudul : Penghianatan Mak Banteng CS di Hari Kemerdekaan
Oleh: Penjual obat biang keringat cap kepala botak

Pengarang besar kelahiran Blora berkata: Bapak bangsa dikhianati anaknya sendiri. Hingga saat ini, apa yang dikatakannya  cespleng. Sepulang berunding dari negeri Paman Somse, Maknyak Kabau mendapatkan undangan untuk menghadiri perhelatan tahunan dari raja yang mana ini upacara sakral, memperingati hari lahir bangsa. Terlepas dari rasa dendam yang dibawa mati. upacara ini menunjukkan rasa penghormatan terhadap sejarah bangsa dan juga terhadap perjuangan Bapak bangsa, yang merupakan leluhur dari Maknyak Kabau.

Rakyat berharap Maknyak Kabau sekali ini menghadiri undangan. Karena upacara ini sekaligus perpisahan dengan Ki Lurah. Ia diharap mau rukun kembali dengan Ki Lurah, karena orang-orang tua harus kasih contoh bagi yang muda. Perbedaan politik harusnya tidak jadi alasan menyemai kebencian dan permusuhan abadi. Andai Maknyak Kabau merasa benci dengan Ki Lurah, ia bisa menghindari bertatap muka langsung dan bersalaman dengan Ki Lurah, Caranya gampang, Pakai kacamata gelap dan sarung tangan. Tinggal disesuaikan dengan busana yang dipakai.

Tapi rupanya bagi Maknyak, pekik telah berganti. Bukan lagi sekali merdeka tetap merdeka. Tapi sekali dendam tetap dendam. Survei Cak Lontong membuktikan, 80% pengguna twitter menyayangkan sikap Maknyak. 20% yang mendukung sikap Maknyak adalah kaum fanatik Maknyak dan Damarwulan. Termasuk di antara geng Paguyuban Salaharah Indonesia (PSI) & Orang Utan Main Kayu (OUMK).

Salah satu pentolan geng itu bilang, dia hanya mau upacara setelah kerajaan dipimpin Damarwulan. Alasannya, Zaman Ki Lurah gak maju-maju . Itu sebenarnya alasan tipu-tipu. Sebab, setiap ada undangan peringatan kemerdekaan Kerajaan Paman Somse di Kedubes, orang itu girang datang, tak peduli jaman rajanya Bushuk atau Obatmah. Ia hanya ingin sembunyikan tentang kesetiaan dia yang sebenarnya.  Mana peduli mereka dengan maju tidak majunya bangsa, Orde Baru saja pernah mereka dukung awalnya? Kesetiaan mereka bukan untuk bangsa ini, tapi kerajaan Paman Somse.Tentu, sikap PSI dan OUMK itu sesuai dengan yang dikehendaki Maknyak.

Maknyak pun selama 10 tahun hanya mau datang ke acara resmi kerajaan karena ada Obatmah datang. Ia ingin setor muka ke Obatmah dan minta didukung untuk berkuasa lagi. Bukan sekedar isapan jempol jika banyak elit berlomba-lomba dapat restu dari Paman Somse. Meskipun merasa menang Pemilu, rasanya belum aman karena belum ada lampau hijau Paman. Karena itulah Maknyak datang ke negeri Paman Somse beberapa waktu lalu, untuk memberikan jaminan apa yang diminta Paman Somse bakal dikasih, sembari mengatakan bahwa semua dapat bagian rata termasuk Paman Panda.

Maknyak kemudian menolak datang ke upacara hari pembebasan bangsanya sendiri. Itu tanda yang jelas ke tuan-tuan di negeri Paman Somse bahwa Maknyak lebih setia ke Paman Somse.  Karena itu, di sosmed, para punokawan Maknyak pasang tameng membela sikap Maknyak. Bahkan ada yang heroik sampai bilang bahwa lebih baik mendukung Obatmah ketimbang Ki Lurah.  Inilah sikap nasionalis model baru, yang perlu dirumuskan dalam format manifesto oleh Romo Bentor, konseptor revolusi menthol, sehingga bisa jadi proyek diskusi sana sini.

Pengkhiatan terhadap bangsa akhir-akhir ini marak terjadi demi mulusnya rencana kubu Maknyak dan Damarwulan berkuasa. Bahkan cendekiawan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Inggih Bu (LIPIB) pun ikut mengamini apapun yang dilakukan Maknyak dan Damarwulan saat ini. Saat banyak yang memprotes penunjukan Mbah Kado jadi Begawannya Damarwulan, aktifis LIPIB itu bilang bisa memahami tindakan Damarwulan. Bahkan saat istri lelaki berkumis kemerahan ikut protes atas sikap Damarwulan yang terang-terangan membela Mbah Jendral Kado yang berlumuran darah sembari bilang kasus-kasus Hampimpah itu hanya gossip belaka, seorang seniman brewokan marah-marah membela si Damarwulah: suruh perempuan itu saja yang jadi raja, becus gak!

Tentu sikap para pendukung Maknyak dan Damarwulan seperti ini mendapat tepuk tangan dan kaki dari tuan-tuannya. Kelak nama mereka akan dipertimbangkan Maknyak, Damarwulan, dan Mbah Kado untuk menduduki jabatan-jabatan  penting kerajaan, minimal dapat kesempatan foto selfie dan salaman saat open house lebaran. Sementara bagi rakyat yang bermata jernih, nama-nama mereka akan dicatat dalam tinta merah di buku sejarah.  Pengkhianatan juga dilakukan komisi Hampimpah. Mereka bilang Mbah Kado tak bersalah tapi dengan enteng mengacuhkan rasisme yang menimpa Novela. Mereka justru panggil Novela untuk bilang tak ada tekanan terhadap dirinya. Ini tak mengherankan kalau salah satu komisoner Hampimpah menjadi bagian dari kantor Transistor.  Komisoner ini konon selingkungan tokoh HAM bernama AN yang sudah meninggal beberapa tahun yg lalu. Di hari lahirnya bangsa ini, pengkhiatan demi pengkhiatan ini nyata terjadi. Karena itu, mari tetap eling dan waspodo. SEKIAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar