Kemarin tanggal 7 Juni 2014 Mas Moulizie Enovall telah menjabarkan tentang Penjelasa Pak PS08 terkait Penculikan, Kerusuhan Mei 1998 bagian1, Maka Pada tanggal 9 Juni 2014 dia melanjutkan ke bagian ke II
Lanjutin twit yg kmrin >
Anda kan lama di luar negeri, besar di negara yang liberal, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia Kok Anda tetap mentolerir gaya penangkapan atau penculikan itu? Bukankah itu menjadi sorotan dunia internasional terhadap penegakan HAM di Indonesia? Benar. Begini, secara moral, saya tidak salah karena orang-orang itu berniat berbuat kejahatan yang bertentangan dengan hak-hak asasi manusia. Menurut saya membuat aksi pengeboman, membakar terminal,untuk mengorbankan orang-orang tidak berdosa, Mereka justru membahayakan HAM org lain. Tidak bisa dong. Kalau you berbeda dalam politik, you bertempur lewat partai politik. Jangan bikin aksi teror.
Informasi soal rencana pengeboman itu didapat dari interogasi, bukan kita ngarang. Dapat keterangan dari mereka. Anda dengar ancaman bom tiap minggu. Seluruh bank tutup, BI tutup. Korban kepada bangsa bagaimana. Itu aksi destabilisasi. Jadi, jangan salah, untuk menegakkan demokrasi, kita justru harus menjaga keamanan. Tidak bisa demokrasi tanpa keamanan. Itu duty kita, panggilan kita. Tapi, lawan-lawan saya lebih kuat. Punya media massa, punya kemampuan untuk perang psikologi massa
Kok Anda dulu tidak segera membantah kalau memang merasa tidak bersalah? Hashim memang menyuruh saya. Kamu harus jawab dong. Saya malas juga. Saya kan tidak berbuat, Saya prcaya kebenaran akan muncul. Hashim bilang, "Tidak bisa dong kalau kamu diam berarti kamu mengakui itu benar. Memang ada teori itu. Teori pengulangan kebohongan. Kalau diulang-ulang terus, orang jadi percaya. Itu teori yang digunakan Hitler kepada rakyat Jerman.
Anda tidak mau nuntut soal pemecatan itu karena tidak ingin mempermalukan Pak Harto? Benar, terutama itu. Juga tak ingin mencemari institusi ABRI, khususnya TNI AD. Bagaimanapun juga Pak Harto jenderal bintang lima. Ini kan tidak baik dalam iklim dan budaya bangsa Indonesia. Apa pun yang terjadi. Ada masalah dilematis, bagaimanapun dia kakek dari anak saya. Itu yg dilematis. Walaupun dia kemudian membenci saya.
Sebelumnya Prabowo merasa diperlakukan tidak adil kala dipaksa menyerahkan jabatan sebagai pangkostrad pada 22 Mei 1998. "Saya tak sempat membuat memorandum serah terima jabatan. Istri saya, ketua Persit pun, tak sempat serah terima. Setahu saya, dalam sejarah ABRI, belum pernah ada perwira tinggi dipermalukan oleh institusinya, seperti yang saya alami", kata Bowo
Dia memang digeser saat situasi politik gojang ganjing dan Soeharto baru lengser pada 21 Mei 1998, Dugaan yang beredar saat itu, Prabowo diganti karena dianggap hendak melancarkan kudeta kepada Habibie. Malam itu, sesudah pergantian presiden pagi harinya, situasi Jakarta memang genting. Sejumlah pasukan berseragam loreng tampak di seputar wilayah Istana Negara, Monas, Jakarta. Dugaan terjadi pengepungan Istana sempat dibantah habis-habisan oleh Mabes ABRI. Padahal, sejumlah media massa memberitakannya.
Kemudian, pada 22 Februari 1999, didepan sejumlah eksekutif pers dalam forum Asia-German Editors, di Istana Merdeka, Presiden Habibie bercerita soal pengepungan itu. Habibie mengaku keluarganya terancam malam itu,dan nyaris diungsikan. "Tidak usah ditutup-tutupi, kita tahulah yang memimpin konsentrasi pasukan itu, orangnya Prabowo" kata Habibie berapi-api.
Dia mengaku diberi tahu Wiranto. Pers geger. Prabowo saat itu sudah di luar negeri. Lewat kawan dekatnya, ia membantah. Dan, 2 hari kemudian, dalam sdang di Komisi I DPR RI, Jend Wiranto membantah ucapan Habibie. Menurutnya, itu bukan konsentrasi pasukan, melainkan konsolidasi. Tak ada yg berniat kudeta saat itu. Anehnya, Habibie tak bereaksi atas bantahan Wiranto itu. Sehingga publik makin bingung, mana yang benar, ucapan Habibie atau Wiranto.
Benarkah Habibie dapat masukan dari Wiranto? Sebab dalam satu pertemuannya dengan tokoh Dewan Dakwah Islamiyah, 30 Juni 1998. Habibie mengaku diberi tahu soal konsentrasi pasukan itu oleh Letjen TNI Sintong Panjaitan, orang dekat Habibie yang kini menjabat sesdalopbang.
Setelah berkelana di luar negeri, ketenangan Prabowo terusik oleh ucapan Habibie itu, yang dikutip oleh pers luar negeri pula.
Setelah berkelana di luar negeri, ketenangan Prabowo terusik oleh ucapan Habibie itu, yang dikutip oleh pers luar negeri pula.
Tapi,bantahan Wiranto cukup menenangkannya. "Pak Wiranto harus membantah karena memang apa yg diucapkan Habibie tidak benar," kata Bowo. Menurutnya, semua panglima saat itu menerima perintah dari Mabes ABRI. Saat stuasi genting, ada pembagian tugas, bahwa Kopassus mengawal Presiden & Wakil Presiden, sedangkan Kostrad diminta menjaga objek vital & strategis. untuk melaksanakan perintah Mabes ABRI itulah sejumlah pasukan berada disekitar kawasan Istana & Monas.
"Pak Wiranto tahu persis bahwa perintah itu ada. Saksinya banyak, para panglima komando,". Dalam pemeriksaan di Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF), ada kesan kegiatan Anda pada 13 Mei 98 tidak diketahui. Muncul kecurigaan, Anda sedang apa saat itu? Apa sih yang Anda lakukan hari itu? Saya (Prabowo) mulai dari 12 Mei 1998. Malam itu, pukul 20.00 wib, ketika dirumah Jl. Cendana No. 7 saya ditelepon Sjafrie (pangdam Jaya saat itu, Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin). Kata dia, "Gawat nih Wo, ada mahasiswa yang tewas tertembak. Saya lalu bergegas ke Makostrad. Saya sudah antisipasi, besok pasti ramai. Maka pasukan saya konsolidasi.
Kalau perlu tambahan pasukan kan mesti disiapkan tempatnya. Mau ditaruh dimana mereka. Malam itu saya terus memantau situasi. Lalu,terpikir oleh saya, kelanjutan rencana acara Kostrad di Malang pada 14 Mei 1998. Rencananya inspektur upacara adalah Pangab Wiranto.
Pangkostrad juga harus hadir. Kalau ibu kota genting, apa kita masih pergi juga? Keesokan harinya, sejak pukul 08.00 wib, saya mengontak Kol. Nur Muisdan menyampaikan usulan agar acara di Malang ditunda. Atau, kehadiran pangab dibatalkan saja karena situasi ibu kota genting. Biar saya saja yang berangkat. Jawaban dari Wiranto yang disampaikan lewat Kolonel Nur Muis, acara tetap berlangsung sesuai rencana. Inspektur upacara tetap Pak Wiranto & saya selaku pangkostrad tetap hadir. Beberapa opsi usulan saya tawarkan kepada Pak Wiranto, yang intinya agar tidak meninggalkan ibu kota, karena keadaan sedang gawat.
Posisi terpenting yang harus diamankan adalah ibu kota. Tapi, sampai sekitar 8 X saya telepon, keputusan tetap sama. Itu terjadi sampai malam hari. Jadi, pada 14 Mei, pukul 06.00 wib kita sudah berada di lapangan Halim Perdanakusumah. Saya kaget juga. Panglima utama ada di sana. Danjen Kopassus segala ikut. Saya membatin, sedang genting begini kok seluruh panglima, termasuk panglima ABRI malah pergi ke Malang. Padahal, komandan batalion sekalipun sudah diminta membuat perkiraan cepat, perkiraan operasi, begini, lantas bagaimana setelahnya.
Tapi, ya sudah, saya patuh saja pada perintah. Saya ikut ke Malang. Kembali ke Jakarta sekitar pukul 11.00 wib. Ketika hendak mendarat di Halim, ibu kota terlihat diselimuti asap hitam. Selanjutnya, seperti telah ditulis di berbagai media massa, saya membantu mengingatkan Sjafrie perlunya mengamankan ibu kota lewat patroli dengan panser disepanjang Jl. Thamrin.
Malam harinya, saya bertemu dengan sejumlah orang di Makostrad. Itu yang kemudian dituduh mau merencanakan kerusuhan. Padahal, di tengah jalan sore itu saya ditelepon, karena Setiawan Djodi dan Bang Adnan Buyung Nasution ingin bertemu. Ternyata sudah ada beberapa orang di kantor saya, ada Fahmi Idris, Bambang Widjojanto, dan beberapa orang lain.
Itu pertemuan terbuka, membicarakan situasi yang terakhir. Bang Buyung dominan sekali malam itu. Dia banyak bicara, acara ditutup makan malam dan kemudian kami ada rapat staf di Mabes Kalau kemudian surat Muladi mengatakan saya bersalah karena gagal menjaga keselamatan negara sehingga menimbulkan kerusuhan 13-14 Mei, bagaimana ceritanya.
Pangkoops, selaku penanggung jawab keamanan ibu kota adalah Pangdam Sjafrie? | Mestinya iya. Penanggung jawab yang lebih tinggi ya panglima ABRI. Dalam pemeriksaan di TGPF, mantan Ka BIA Zacky Makarim, konon mengatakan bahwa 1 bulan sebelum peristiwa Trisakti, ada perkiraan situasi intelijen versi Anda yang mengatakan, eskalasi meningkat dan dikhawatirkan akan ada martir di kalangan mahasiswa. Bagaimana Anda sampai pada kesimpulan itu? Situasinya memang demikian. Aksi mahasiswa kan bukan cuma di Jakarta, melainkan meluas ke daerah. Di Yogyakarta, aksi mahasiswa malah sempat bentrok. Berdasarkan analisis situasi, saya mengingatkan kemungkinan adanya eskalasi yang memanas dan kalau aksi mahasiswa meluas, bukan tidak mungkin jatuh korban atau ada pihak2 yang ingin ada korban di pihak mahasiswa. Itu saya ingatkan.
Tapi, justru Anda dituduh bertanggung jawab atas penembakan mahasiswa Trisakti? Iyalah. Saya ini selalu dituduh. Apa untungnya bagi saya membuat jatuh korban? Saat itu kan presidennya Pak Harto mertua saya. Saya bagian dari status quo itu. Kan begitu tuduhannya. Masak saya membuat situasi agar Pak Harto jatuh. Pak Harto jatuh kan saya jatuh juga. Sejarah kan begitu kejadiannya. Mungkin Anda ingin menunjukkan bahwa Wiranto tidak kapabel mengamankan Jakarta? | Tidak ada alasan jga. Motifnya tidak ada.
Bukankah Anda pernah disebut-sebut minta jabatan Panglima ABRI dan katanya dijanjikan Habibie untuk jadi pangab? Lebih dari tiga kali Habibie mengatakan kepada saya. "Bowo, kalau saya jadi presiden, you pangab." Itu faktanya. Habibie bahkan mengatakan saya ini sudah dianggap anak ketiganya. Saya memang dekat dengan Habibie, karena saya mengagumi kepandaiannya, visinya. Meskipun sekarang saya kecewa karena dia menuduh saya berbuat sesuatu yang bohong. Saya merasa dikhianati. Bahwa saya ingin jadi pangab,apakah itu salah.?
Setiap prajurit, tentara, tentu bercita-cita menjadi Panglima ABRI. Why not? Saya tidak pernah menyembunyikan itu. Bahwa kemudian di politisasi, seolah-olah pada saat genting, saat pergantian kepemimpinan 21 Mei 98 itu, saya minta jadi Panglima ABRI, silahkan saja. Tapi, saya tak pernah minta jadi pangab kepada Habibie.
Benar tidak Anda pernah didesak jadi Panglima ABRI sekitar 19-20 Mei itu? | Ada yang mendesak Bahkan ada yang mengusulkan agar saya mengambil alih situasi. Saya tolak. Saya orang yang konstitusional. Wapres masih ada dan sehat. Menteri Pertahanan dan keamanan/Pangalima ABRI masih ada. Tidak ada alasan untuk mengambil alih. Kalau saya melakukan kudeta, setelah itu mau apa? Inkonstitusional, tidak demokratis, dan lebih berat lagi, secara psikologis saya ini kan terkait dengan keluarga Pak Harto.
Kalau Pak Harto sudah menyerahkan ke Habibie, masak saya mau kudeta? Di luar itu semua, yang terpenting, saya berasal dari keturunan keluarga pejuang. Anda tahu paman saya gugur sebagai pahlawan muda. Kakek saya pejuang, Moyang saya, selalu berjuang melawan penjajah kolonial Belanda. Bagaimana mungkin saya menodai garis keturunan yg begitu saya banggakan, dengan berpikir mengambil alih kekuasaan secara inkonstitusional.
Ketika Habibie mengatakan Anda datang menemui Habibie pada 22 Mei 98, benarkah Anda membawa senjata & pasukan sehingga Habibie merasa terancam? Senjata saya tanggalkan di depan pintu. Jangankan menghadap presiden,wong menghadap komandan kompi saja senjata harus dicopot. Bohong besar berita yang mengatakan saya hendak mengancam Habibie. Jujur saja, kalau memang saya ingin, bisa saja. Jangan meremehkan pasukan Kopassus, tempat saya dibesarkan. Ingat, Pak Sarwo Edhi(alm) hanya butuh 2 kompi untuk mengatasi situasi saat G30S/PKI. Dan anak buah saya memang ada yang sakit hati saya diberhentikan seperti itu. Pataka komando hendak diambil begitu saja tanpa sepengetahuan saya.
Saya datang ke Habibie karena sebelumnya dia selalu berkata. "Bowo, kalau ada keragu-raguan, jangan segan-segan menemui saya." Itulah yang saya lakukan. Menemui Habibie untuk bertanya apakah betul dia ingin mengganti saya dari jabatan pangkostrad. Habibie bilang turuti saja perintah atasan. Ini kemauan ayah mertua kamu juga. Jadi, Pak Harto memang minta saya diganti.
Bersambung ke Bagian III.
Sila Mention jika ingin mendebat tulisan ini ke akun @moulizieenovall
Tidak ada komentar:
Posting Komentar