Total Tayangan Halaman

Selasa, 10 Juni 2014

"Mengungkap Fakta Kunci Black Campaign Isu Babinsa For PRB" by @Ratu_Adil


Untuk Jurnalis : hari ini (Minggu, 8 Juni 2014)  Pukul 13.00 Panglima TNI akan jumpa pers terkait isu Babinsa dan Netralitas TNI di Base Ops Halim Perdanakusuma. Ini ada gosip dari @yassarmusa terkait isu Babinsa for Prabowo. Menurut @yassarmusa, SBY akan mencopot TNI dan Polri yang partisipasi aktif di Pilpres antara 10 - 12 Juni 2014. 

Dari TNI yang akan dicopot adalah KSAD Budiman digantikan Pangkostrad. Jenderal TNI Moeldoko (jam tangan Rp 1 miliat) masih dipertimbangkan. KSAD Budiman dan Jenderal Moeldoko, keduanya disebut sebagai orangnya Hendro Priyono (mantan Kepala BIN yang jadi beking Jokowi). Jenderal TNI Moeldoko (jam tangan Rp 1 miliar) adalah mantan Sekretaris Pribadi Hendro Priyono. 

Dari sisi Polri, yang akan dicopot kabarnya Komjen Pol Budi Gunawan (rekening gendut) dan Irjen Pol Sjafruddin, keduanya pendukung Jokowi. Komjen Pol Budi Gunawan adalah bekas ajudan Megawati saat menjabat Presiden RI 2001 - 2004 dan masih dekat hingga kini. Irjen Pol Sjafruddin adalah mantan ajudan Jusuf Kalla saat menjabat Wakil Presiden RI 2004 - 2009 yang juga masih dekat hingga kini.

Menurut akun @polisipatung, @ragilnugroho1 dan Tempo, Komjen Pol Budi Gunawan dan Irjen Pol Sjafruddin adalah perantara duet Jokowi - JK. Irjen Pol Sjafruddin disebut 3 sumber itu menjadi pelobi utama kepada Komjen Pol Budi Gunawan untuk menjadikan JK sebagai Cawapres Jokowi. Sementara menurut @adrianmagribi, arahan Presiden SBY di Kemenhan soal netralitas TNI sebetulnya ancaman kepada 4 pejabat TNI/Polri tersebut. 

Dikatakan SBY mengetahui keterlibatan aktif KSAD Budiman, Jend Moeldoko, Komjen Pol Budi Gunawan dan Irjen Pol Sjafruddin di Pilpres. Untuk menjaga netralitas TNI, SBY memberikan arahan di Kemenhan kemarin sekaligus ancaman kepada 4 pejabat TNI/Polri tersebut. Nah, menurut @yassarmusa, korelasi isu Babinsa for Prabowo dengan keterlibatan 4 pejabat TNI/Polri tersebut adalah sebuah Exit Strategy. Sehingga, apabila KSAD Budiman dan Moeldoko benar dicopot, maka publik akan melihat itu akibat dari pengerahan Babinsa for Prabowo. Tujuannya, agar Jokowi - JK tidak jadi tertuduh dalam operasi Babinsa for Prabowo, melainkan Prabowo yang akan kena getahnya. 

Namun demikian, kebenaran info dari @yassarmusa, @polisipatung, @ragilnugroho1 juga Tempo masih perlu diverifikasi lebih lanjut. Hari ini, Panglima TNI akan jumpa pers soal isu Babinsa dan Netralitas TNI di Base Ops Halim Perdanakusuma pukul 13.00 WIB. Buat para Jurnalis yang ada d TL ini, boleh datang ke jumpa pers Panglima TNI di Halim Perdanakusuma untuk gali-gali info lanjutan. Kemudian kita tunggu hingga tanggal 12 Juni 2014, apabila benar dilakukan pencopotan pada 4 pejabat TNI/Polri tersebut, maka benar infonya. Apabila KSAD Budiman, Jendral Moeldoko, Komjen Pol Budi Gunawan dan Irjen Pol Sjafruddin benar dicopot antara 10 - 12 Juni 2014, cermati.

Seperti saya katakan tadi, ada 2 cara melakukan verifikasi isu ini :

Pertama, hadiri Jumpa Pers Panglima TNI di Halim jam 13.00 WIB untuk melihat dan menggali informasi lebih jauh mengenai info tersebut

Kedua, kita tunggu apa benar KSAD Budiman, Moeldoko, Komjen Pol Budi Gunawan dan Irjen Sjafruddin dicopot pada 10 - 12 Juni 2014.

Nah, press release hasil investigasi TNI AD sudah keluar, baca disini : http://t.co/Z8RXCUuuYs 

Jelas sudah tak ada yang namanya pengarahan Babinsa agar warga pilih Prabowo. Jadi, siapa berbohong dalam isu Babinsa for Prabowo? Si "Sebut Saja Rifki" atau Sabrina Asril sang penulis berita hoax?. Hayo, siapa berbohong? #Tebak2an 

Baca Seksama : Press Release TNI AD Soal Isu Babinsa for Prabowo (Tak Ada Pengarahan Agar Warga Pilih Prabowo) http://t.co/Z8RXCUuuYs 

Jreng.. Jreng..

Titik terang sudah tersibak berkat investigasi TNI AD, bahwa tak ada itu yang namanya Babinsa arahkan Pilih Prabowo. Babinsa yang bersangkutan (Koptu Rusfandi) dikenai sanksi bersalah karena bergerak melakukan pendataan referensi Capres pilihan warga. Perhatikan seksama, Koptu Rusfandi diberi sanksi bukan karena mengarahkan warga pilih Prabowo, tapi karena melakukan pendataan Pilpres :).

Dimulai yuk :)

Dinas Penerangan TNI AD telah mengumumkan hasil investigasi terhadap isu pengarahan Babinsa agar warga pilih Prabowo. Saya lebih senang menyingkatnya, isu Babinsa for Prabowo

Pengumuman Dinas Penerangan TNI AD terkait isu Babinsa for Prabowo telah disebar ke media dan dipublikasi di website resmi TNI AD. Berikut link Press Release TNI AD tersebut : http://t.co/Z8RXCUuuYs. 
 
Baca seksama hasil investigasi tersebut, terang benderang bahwa tak ada yang namanya pengarahan Babinsa agar warga pilih Prabowo. Lantas, siapa yang berbohong dalam isu Babinsa for Prabowo ini?

Narasumber Kompas si “Sebut Saja Rifki” atau Sabrina Asril sang penulis berita?
 

Ini berita http://t.co/KC9eZr8OnY fenomenal : Datang Rumah ke Rumah, Anggota Babinsa Arahkan Warga Pilih Prabowo http://t.co/PU7GR3qG0d

Ini hasil analisa saya kemarin terhadap pemberitaan Kompas : Siapakah Rifki Sang Pembuat Isu Babinsa for Prabowo? http://t.co/86E4RUderD
 
Dalam tulisan kali ini akan saya paparkan fakta, alur serta logika yang berkembang sebelum dan sesudah pengumuman TNI AD.

Babinsa for Prabowo versi “Sebut Saja Rifki” :

  1. Babinsa datangi warga.
  2. Area yang didatangi Babinsa di Jakarta Pusat.
  3. Demografi sosial area yang didatangi Babinsa dominan Tionghoa dan Kristiani.
  4. Tujuan Babinsa datangi warga : pendataan referensi capres pilihan warga.
  5. Cara interview warga : Akan pilih Capres Nomor 1? Jika Tidak, pilih Capres Nomor 2?
  6. Pernyataan Rifki 1 : Babinsa arahkan warga pilih Nomor 1.
  7. Pernyataan Rifki 2 : Warga masih trauma dengan Kerusuhan 1998
  8. Pernyataan Rifki 3 : Kalau pakai pengerahan Babinsa, tandanya sudah takut kalah,  Poin di atas adalah Babinsa for Prabowo versi "Sebut Saja Rifki" 
 
Hasil Investigasi TNI AD :
  1. Babinsa yang datangi warga alias si “Sebut Saja Rifki” alias AT bernama Koptu Rusfandi.
  2. Area yang didatangi Babinsa adalah Kelurahan Cideng, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat.
  3. Demografi sosial area yang didatangi tidak dijelaskan
  4. Tujuan Babinsa datangi warga adalah pendataan referensi capres pilihan warga.
  5. Cara interview warga : Tunjukkan Gambar Capres No.1, lalu Gambar Capres No.2
  6. Temuan TNI AD : Tidak ada pengarahan pilih salah satu Capres
  7. Temuan TNI AD : Pertanyaan pertama berdasarkan Nomor Urut Capres ditafsirkan AT sebagai pengarahan agar pilih Prabowo.
  8. Temuan TNI AD : Koptu Rusfandi bergerak atas perintah, namun Pangdam Jaya hingga Danramil tak pernah beri perintah pendataan capres

Ini screenshot dari Press Release TNI AD dari website TNI AD http://t.co/bgLo6i2RBr
 
 
 
 
8 Poin Pernyataan versi Rifki di Kompas, saya komparasi dengan 8 Poin Hasil Investigasi TNI AD
 
Berikut Validitas Kesaksian “Sebut Saja Rifki” yang dikomparasi dengan Temuan TNI AD atas kesaksian AT :
  1. Babinsa datangi warga (Valid)
  2. Area yang didatangi Babinsa di Jakarta Pusat (Valid)
  3. Demografi sosial area yang didatangi Babinsa dominan Tionghoa dan Kristiani (Opini Tambahan)
  4. Tujuan Babinsa datangi warga adalah untuk pendataan referensi capres pilihan warga (Valid)
  5. Cara interview warga : Akan pilih Capres Nomor 1? Jika Tidak, pilih Capres Nomor 2? (Valid)
  6. Pernyataan Rifki 1 : Babinsa arahkan warga pilih Nomor 1 (Penafsiran Pribadi )
  7. Pernyataan Rifki 2 : Warga masih trauma dengan Kerusuhan 1998 (Opini Tambahan)
  8. Pernyataan Rifki 3 : Kalau pakai pengerahan Babinsa, tandanya sudah takut kalah (Opini Tambahan)
Supaya mudah membacanya di TL Twitter, saya screenshot ya, berikut ini

Ini 8 Poin Pernyataan Rifki di Kompas http://t.co/xmKQgB4ucl
 
Ini 8 Poin Hasil Investigasi TNI AD http://t.co/hPOn6X5hQi 
 
 
Ini Validitas Pernyataan Rifki dikomparasi dengan Hasil Investigasi TNI AD http://t.co/YXYqc2Pyb8
 
 
 
Dari komparasi fakta-fakta versi Rifki alias AT, terlihat bahwa pengarahan Babinsa agar warga pilih Prabowo hanyalah penafsiran pribadi. Seperti dikatakan Kepala Dinas Penerangan TNI, Andika Perkasa, penafsiran seolah ada pengarahan dikarenakan Prabowo mendapat nomor urut 1. Menurut Andika Perkasa, dikarenakan nomor urut 1 itulah pertanyaan ditanyakan lebih dulu, tapi lalu diplintir seolah arahkan pada Prabowo.
 
Melihat fakta tersebut, jelas bahwa tidak ada kaitan antara Prabowo dengan pengarahan Babinsa agar warga pilih Prabowo
 
Dari hasil saringan terhadap Pernyataan Rifki vs Hasil Investigasi TNI AD, diperoleh 7 Fakta yang Valid http://t.co/YGvsRboeEh 
 
 
 
Namun demikian, masih tersisa beberapa pertanyaan, sebagai berikut :
 
Pertanyaan 1 : Soal 3 Opini Tambahan Rifki
1. Rifki sebut tempat tinggalnya dominan etnis Tionghoa dan pemeluk agama Kristiani.
2. Rifki sebut warga masih trauma dengan kerusuhan 1998.
3. Rifki sebut kalau pakai pengerahan Babinsa, tandanya sudah takut kalah.
 
Seperti saya ulas dalam artikel sebelumnya, Opini Tambahan nomor 1 dan 2 berkaitan dengan stigma negatif masyarakat terhadap Prabowo. Rifki ingin mengesankan ada represi pada warga Tionghoa dan Kristen di Jakarta Pusat http://t.co/0meMG4Ms57 
 
 
 
Ini jelas bermain pada stigma Prabowo yang berhasil menggalang koalisi Parpol Islam. Risiko yang dihadapi Prabowo dengan menggalang koalisi Parpol Islam adalah dituduh menjadi pelaku atas serangan kepada Kristen. Justru kondisi ini akan dimanfaatkan lawan Prabowo untuk seolah menjadikan Prabowo pelakunya. Jika kubu Jokowi melakukan pembakaran Gereja, tentu orang mudah menuduh Prabowo pelakunya. 
 
Jika kubu Jokowi merancang represi kepada area Tionghoa, tentu orang dengan mudah menuduh Prabowo pelakunya. Pernyataan Rifki juga ingin mengingatkan kembali pada kerusuhan 1998 yang mana menjadi stigma negatif Prabowo http://t.co/k8aopds5bF 
 
 
 
Sudah umum di masyarakat berpandangan bahwa kerusuhan 1998 menjadikan etnis Tionghoa korban. Kerusuhan 1998 juga menjadi stigma negatif kepada Prabowo. Terlihat jelas pernyataan si “Sebut Saja Rifki” dalam tulisan karya Sabrina Asril ini mengangkat kembali soal Kerusuhan 1998
 
Padahal kalau dilihat faktanya, bukan Prabowo dalang Kerusuhan 1998. Lihat : Fakta Kunci Tuduhan Penculikan Prabowo http://t.co/nNO6rNJES6.
 
Pernyataan Rifki juga tampak ingin mengesankan bahwa mengerahkan Babinsa menandai keputusasaan Prabowo http://t.co/szy474cgzj 
 
 
 
Perhatikan baik-baik kalimatnya “Kalau sudah xxx (kerahkan Babinsa), tandanya sudah takut kalah”. Coba cek apa jawaban yang selalu diberikan Jokowi, JK, Tjahjo Kumolo, Tim Jasmev terhadap isu negatif Jokowi. SOP tim Jokowi – JK dalam menghadapi serangan selalu menjawab :
“Kalau sudah xxx (sebar fitnah), tandanya sudah takut kalah,”
 
Contoh lain :
“Kalau sudah xxx (pakai black campaign), tandanya sudah takut kalah,”
 
Contoh terbaru :
“Kalau sudah xxx (kerahkan Babinsa), tandanya sudah takut kalah,”
 
Pertanyaan berikutnya (Pertanyaan 2) :
Samakah Rifki (Kompas) dengan AT (Investigasi TNI AD)?
 
Apabila melihat hasil investigasi TNI AD, terkuak nama narasumber warga Cideng Jakarta Pusat sebenarnya berinisial AT. Tentu timbul pertanyaan, samakah AT dengan si “Sebut Saja Rifki” yang jadi narasumber http://t.co/KC9eZr8OnY? 
 
Ataukah karena 3 Opini Tambahan di atas merupakan pernyataan tambahan dari Sabrina Asril sang penulis berita, sehingga digunakan nama Rifki? Ataukah karena penulis ingin mengedit/menambahkan pernyataan AT, maka Sabrina Asril pun gunakan nama baru, Rifki? Apabila Sabrina Asril sang penulis menambahkan 3 Opini Tambahan Rifki itu, artinya penulis berita bermain dalam isu Babinsa for Prabowo ini. 
 
Tentu saja, kunci untuk memastikan apakah benar AT menyatakan 3 Opini Tambahan itu adalah mewawancara ulang AT sang narasumber. Bisa ditanyakan, apakah benar AT menyatakan soal Tionghoa, Kristiani, Kerusuhan 1998 itu? Ini sangat penting, karena Tionghoa, Kristiani dan Kerusuhan 1998 adalah stigma yang berkaitan dengan Prabowo
 
Apa betul AT ketika diwawancara Sabrina Asril menyatakan 3 stigma negatif Prabowo itu, Tionghoa, Kristiani, Kerusuhan 1998? Karena apabila AT tidak pernah menyebutkan 3 stigma negatif Prabowo itu, artinya Sabrina Asril bermain dalam isu Babinsa for Prabowo. Sudahkah ini diusut oleh Kompas atau Dewan Pers? Bawaslu sudah panggil AT? Media lain sudah wawancara tatap muka dengan AT?
 
Karena jika media sekelas Kompas mengedit pernyataan narasumber (AT) untuk kepentingan politik Pilpres, artinya Kompas kebobolan. Kompas kebobolan oleh Sabrina Asril, atau Sabrina Asril diperintahkan oleh Redaksi Kompas agar menyerang Prabowo pakai isu Babinsa? Seperti saya katakan tadi, kuncinya adalah mewawancara ulang (tatap muka) dengan AT untuk memastikan soal 3 Opini Tambahan Rifki
 
Dengan metode ini, bisa diketahui apakah AT sama dengan Rifki?
 
Ataukah Rifki adalah tokoh karangan Sabrina Asril dalam rangka menambahkan dan mempertajam isu Babinsa dari AT untuk menyerang Prabowo? Pertanyaan yang juga masih tersisa (Pertanyaan 3) adalah Siapa Perintahkan Koptu Rusfandi lakukan pendataan capres pilihan warga? 
 
Ada 2 poin penting dari Hasil investigasi TNI AD terkait Pendataan Capres Pilihan Warga :
 
  1. Koptu Rusfandi : Diperintahkan untuk mendata referensi Capres pilihan warga.
  2. Temuan TNI AD : Pangdam Jaya hingga Danramil tak perintahkan Koptu Rusfandi data referensi Capres pilihan warga
Apabila Pangdam Jaya hingga Danramil tak pernah beri perintah pendataan, lalu siapa perintahkan Koptu Rusfandi bergerak? Kalau TNI AD tak temukan bukti perintah, artinya perintah diberikan secara lisan, bukan tertulis. Mengacu pada tak adanya surat perintah tertulis, tentu saja ada 3 kemungkinan asal mula perintah pada Koptu Rusfandi :
  1. Perintah datang secara lisan dari salah seorang atasan Koptu Rusfandi.
  2. Perintah datang secara lisan dari pihak lain dalam militer tapi bukan dalam garis komando Koptu Rusfandi.
  3. Perintah datang dari hasil transaksional Koptu Rusfandi dengan pihak lain di luar militer
Disinilah ruang spekulasi yang tak akan terjamah dan sulit dibuktikan dengan metode apapun, karena perintah datang secara lisan. Apabila perintah berasal dari hal-hal yang bersifat transaksional (poin 3) dan ada bukti transfer bank, bisa diusut. Apabila perintah berasal dari hal-hal yang bersifat transaksional (poin 3) dan ada bukti transfer bank, bisa diusut. Dalam kasus seperti ini, otomatis pihak manapun bisa melakukan ini, baik Prabowo maupun Jokowi.
 
Faktanya, purnawirawan TNI pecah belah, ada yang dukung Jokowi, ada yang dukung Prabowo, Dalam kasus seperti ini, kita hanya bisa memberikan indikasi “Siapa yang bermain” dengan melihat “Siapa yang diuntungkan”. Kalau pakai model indikasi seperti itu, jelas kubu TNI di belakang Jokowi yang terindikasi merancang isu Babinsa for Prabowo. Karena jelas yang dirugikan dengan adanya isu Babinsa for Prabowo adalah Prabowo.
 
Seperti saya paparkan tadi, kunci melihat siapa yang bermain adalah :
 
Apakah AT memberikan pernyataan terkait Tionghoa, Kristiani dan Kerusuhan 1998? Jika Ya, maka AT identik dengan Rifki dan AT adalah pihak yang memainkan isu bohong ini. Jika Tidak, maka AT tidak identik dengan Rifki dan Rifki adalah tokoh rekaan Sabrina Asril sang penulis berita. Pertanyaan di atas harus terjawab dulu, karena jika belum terjawab, maka indikasi siapa perintahkan Koptu Rusfandi tak akan terjawab. Karena, apabila Sabrina Asril terlibat dalam permainan isu Babinsa for Prabowo, tentunya ada peran Timses Jokowi – JK disini.
 
Dan itu menjelaskan, kenapa tokoh-tokoh timses Jokowi – JK begitu menggenjot isu Babinsa for Prabowo (yang ternyata tidak terbukti). Ketua Tim Pemenangan Jokowi – JK, Tjahjo Kumolo sangat aktif berbicara soal Babinsa for Prabowo. Jusuf Kalla juga sangat aktif berbicara soal Babinsa for Prabowo.
 
Kanal berita seperti Kompas, Berita Satu, Jawa Pos dan Metro TV yang berada di kubu Jokowi juga aktif membahas isu Babinsa for Prabowo. Berita Satu adalah milik James Riady (Grup Lippo), backing kuat Jokowi. Jawa Pos adalah milik Dahlan Iskan yang mendukung Jokowi karena dijanjikan akan lanjut jabat Menteri BUMN. Metro TV adalah milik Surya Paloh pendiri Nasdem yang sudah tak perlu ditanya partisipasi aktifnya pada isu Babinsa for Prabowo.
 
Apabila benar Sabrina Asril bermain dalam menambahkan pernyataan AT, mengubah namanya jadi Rifki, menajamkan pemberitaan ke arah Prabowo. .Maka menjelaskan kenapa Tjahjo Kumolo, Jusuf Kalla dan Media-Media kubu Jokowi aktif mendorong isu Babinsa for Prabowo. Karena faktanya, memang mereka (Jokowi – JK) yang mendapat keuntungan dari isu Babinsa for Prabowo
 
Runutan alur dan logikanya yang potensial begini :
 
  1. Apabila pernyataan AT diedit dan AT berbeda dengan Rifki, maka Sabrina Asril bermain dalam isu Babinsa for Prabowo
  2. Apabila Sabrina Asril bermain, maka menjelaskan kenapa Tjahjo Kumolo, JK dan media-medianya Jokowi aktif dorong Babinsa for Prabowo
  3. Apabila tokoh dan medianya Jokowi – JK aktif berbicara, maka isu Babinsa for Prabowo dirancang oleh Timses Jokowi – JK
  4. Apabila Timses Jokowi – JK merancang isu Babinsa for Prabowo, maka Koptu Rusfandi diperintahkan oleh Timses Jokowi – JK
  5. Apabila Koptu Rusfandi diperintahkan Timses Jokowi – JK, maka bisa secara transaksional atau via TNI di belakang Jokowi – JK
 
Namun tentunya, kunci kebenaran isu Babinsa for Prabowo dirancang oleh Timses Jokowi - JK ada di tangan AT.
 
Apakah AT benar menyatakan Tionghoa, Kristiani dan Kerusuhan 1998 kepada Sabrina Asril si wartawan http://t.co/pIdyg3fGQY?

Jika AT tak pernah nyatakan 3 Opini Tambahan itu, maka AT tak identik Rifki dan Sabrina Asril bermain dalam skenario Babinsa for Prabowo.
 
Jika soal AT sebut Tionghoa, Kristen dan Kerusuhan 1998 itu tambahan Sabrina Asril, maka benar isu Babinsa for Prabowo dirancang Jokowi - JK
 
Sekian dulu kultwit soal Babinsa :)
 
Buat yang belum baca, colek : Fakta Kunci Isu Babinsa for Prabowo http://t.co/6TKiUlE3Xb
 
Sila mention dengan fakta real untuk membantah @Ratu_Adil  jika teman-teman keberatan dengan analisisnya.

1 komentar: