Total Tayangan Halaman

Sabtu, 09 Agustus 2014

Makelar Kursi di Tim Transistor Damarwulan-Batara Kala

Kabar yang tengah beredar menyebutkan, Tim Transistor kini menjadi makelar kursi. Tentu bukan kursi mebel karena Damarwulan sudah punya Jenderal LBP rekan bisnisnya dalam hal permebelan. Dengan kayu-kayu  yang ditebang dari pulau seberang hingga makin gersang. Aneh jika LSM Lingkungan Hidup seperti Walhi, tidak pernah pertimbangkan soal ini dalam dukung-mendukung kemarin.  Kursi yang dimakelari Tim Transistor adalah kursi abdi dalem. Harga jelas lebih mahal daripada seglondong kayu jati. 

Pernyataan Rince Kembangronce bahwa Tim ini ikut menyusun kursi dan meja abdi dalem. Lengkap dengan pot bunga dan asbaknya, tentu membuatnya jadi sorotan.  Banyak yang ingin mendekat. Tapi tidak semua diterima. Kader-kader mamak dari kandang kerbau yang sok-sokan mau dekat pun ditampik. Seperti biasa, setiap ada makelar besar pasti makelar-makelar kecil mendekat.

Jika ada orang yang mau jadi abdi dalem, harus bisa setor CV ke Jalan Situbrondong.  Dan harus dipastikan sampai ke tangan Tim Transistor.  Masalahnya tidak setiap orang diterima,  kabar terakhir, si Rica-rica, kader muda Mamak yang kebun sawit ribuan hektar itu, ditolak masuk kantor Tim. Padahal Si Rica-rica ini ikut keluar banyak waktu Pilihan Lurah Ibukota dulu.  Ini tentu menyakitkan hati. Sekelas Satria Hadramaut dan Kabar Ngasal yang baru bergabung 2 bulan bisa mengklaim punya kontribusi lebih banyak buat Damarwulan.  Padahal Cuma ikut nampang di media dengan kata-kata yang kosong. 

Satria dan Kabar itu, kontribusinya buat Damarwulan tak lebih banyak dari tikus jomblo dari Slipi, yang selama Pemilihan kemarin, main facebook 24 jam untuk dukung Damarwulan. Tikus Jomblo malah lebih heroik karena agar tahan main facebook dia pakai popok agar tidak perlu ke toilet.  Tak hanya Si Rica-rica dan kader Mamak yang sudah woro-woro pingin jadi menteri seperti Tripod, Cah Ora, Joko Oro-oro, Klening pun kuciwa. 

Apalagi Limbuk sebagai salah satu pemilik saham PT Kandang Kerbau, ia pantas marah karena semakin terpinggirkan. . “Dianggap apa aku ini?  Itu kantor PT Kandang Kerbau aku yang sediakan. Perusahaan ini lah yang bantu Damarwulan seperti sekarang. Orang tak tau balas budi,” kata Limbuk. Tapi Mamak segera menenangkan. “Kalao urusannya balas budi, pasti beres nak. Nanti dibalas dengan Si Budi,” kata Mamak tersenyum tanpa menerangkan maksud jelasnya. Tapi yang jelas, ia juga mulai was-was dengan sikap plintat-plintut Damarwulan.

Yang paling meradang dengan Tim Transistor tentu saja Partai Pekok KaBeh. Cak Kardus dan Dul Kanip pantas marah-marah. Bahkan diajak berembug mengenai Tim Transistor pun tidak.  Padahal kontribusi kaum sarungan jauh lebih nyata. Walaupun Pekok KaBeh di dukung kaum himpunan mahasiswa ingusan yang diklaim Satria dan Kabar itu cuma dilebih-lebihkan, lebay lah. Tapi memang kita selalu kalah lihai dengan mereka. Kalau dengan Kaum Taksebul. Kita memang selalu dimanfaatkan,” sesal Dul Kanip, mantan kiri di Partai itu.  Saat ini, Partai PekokKaBeh Cuma bisa meratap. Mereka membayangkan pihaknya akan ketinggalan gerbong kereta seperti zaman Orde Baru. 

Waktu itu, mereka cenderung dikorbankan oleh grup himpunan mahasiswa ingusan dan kaum taksebul.  Ketika Orba mau hancur, mereka dipanas-panasin kaum taksebul untuk ikut melawan. Tapi begitu kaum sarungan pegang kekuasaan dan digoyang kaum ingusan. Kaum taksebul lewat Koran Kempes ikut menggoyang Raja Sarungan hingga jatuh.  Kabar yang beredar, Partai Pekok Kabeh berkonsolidasi ke dalam. Untuk menghibur kader yg kuciwa  mereka merencanakan sebuah pesta duren pada pertengahan Agustus.  Di situ, kardus-kardus duren akan dibagi. Mudah-mudahan durennya memang segar, tidak ada yang busuk apalagi penyakitan. Demikian Kabar angin dari Penjual Durend dari Paseban. Selamat Sore

Tidak ada komentar:

Posting Komentar