Total Tayangan Halaman

Jumat, 11 Juli 2014

Melihat ulah Bill Clinton di Indonesia melalui Catatan Lee Kwan Yew

Ramai diberitakan, Clinton, dalam plesetan Jawa disebut "klintu" (salah), akan mengunjungi Indonesia  dalam misi lingkungan, dan lain-lain. Benarkah murni misi itu? Benarkah Clinton / Mr. Klintu, ke Indonesia murni dengan misi lingkungan, kesehatan, dan lain-lain. Atau dalam anggapannya sedang kunjugi "Negara Bagian Indonesia" AS? Mengapa kita harus kritis terhadap Clinton? Mari kita lihat  jejak ulahnya di Indonesia, melalui catatan Lee Kwan Yeew.

Buku yang ditulis Sulastomo berjudul "Lengser Keprabon, Perjalanan Terakhir Jenderal Besar Soeharto". Cerita itu banyak menyitir memoar Lee Kwan Yew.  Memoar Lee Kwan Yew "From Third Word to First (2000) banyak mengungkap latar belakang kejadian di kawasan Asia tenggara,  termasuk Indonesia. Penting bagi orang Indoneisa membaca salah satu judul dalam buku itu "Indonesia: From Foe to Friend". Disana banyak mengupas kejadian besar di Indonesia. 

Mari kita telusuri cerita Sulastomo sebagaimana ia tulis dalam buku "Lengser Keprabon itu". Lee Kwan Yeew tidak saja berusaha menolong Indonesia, tapi juga berusaha mencegah Indonesia menempuh jalan keliru. Menurut Mas Sulastomo ketika terjadi pemberontakan PRRI, Singapura merupakan basis penjualan senjata kalangan barat kepada sparatis. Kepada Letnan Jendral Djatikusumo, Konsjen  Indonesia di Singapura, Lee mengatakan : Jika aku berkuasa, para pedagang senjata (arms dealers) dikeluarkan dari Singapura. 

Pada tahun 1955 Lee memenangkan  pemilu. Ia menepati janjinya kepada Letjend Djatikusumo. Lalu Djatikusumo sarankan agar Lee konsolidasi dengan Jakarta.  Pada bulan Agustus 1960 Lee Kwan Yew ditrima Presiden Soekarno. Ia menceritakan bagaima merananya Indonesia, "Istana tanpa pendingin, padahal Jakarta panas". Lee merasa kecewa oleh pertanyaan-pertanyaan Presiden Soekarno yang tidak substansial. Seperti pertanyaan "Berapa mobil di Singapora"? tentu kecil, karena negara kecil.  Lee bertambah kecewa, ketika tempat ia menginap Hotel Des Indes yang terbaik waktu itu di Jakarta, bocor saat hujan dan harus disediakan Baskom untuk menampung.

Pada bulan Juni 1966, Pak  Harto sebagai Ketua Presidium Kabinet Ampera menghentikan konfrontasi dengan Malaysia dan  Singapura, Di buan Juni dan  Juli delegasi Indonesia ke Singapura dan sepakat membangun hubungan dagang atas dasar "non discriminatory basis". Singapura juga memberi pinjaman $150 M ke swasta Indonesia. Singapura juga mengizinkan pembukaan kantor cabang BNI.  Sedang Indonesia setuju membuka pelabuhannya untuk kapal Singapura. Pada bulan Maret 1968, Menteri luar Negeri Adam Malik Batu bara, di Singapura mengatakan Indonesia berjanji lindungi Singapura dan Asean dari Komunisme. Komitmen melindungi Singapura dan ASEAN dari Komunisme saat nanti Inggris menarik diri dari Asia Tenggara, direncanakan tahun 1971.

Hubungan Singapura dengan Indonesia bukannya langsung baik begitu saja.  Presiden Soeharto marah terhadap kasus Usman-Harun.  Pada Oktober 1968, utusan Presiden, Kol. Abdul Rachman Ramly gagal memohon penghapusan hukuman mati dari Singapura atas dua prajurit Marinir yaitu Sersan Usman dan Kopral Harun. Keduanya tertangkap pada masa Orde Lama dan dituduh melakukan infiltrasi. Singapura bersikeras mengeksekusi Usman dan Harun. Pak Harto memulangkan seluruh staf kedutaan dari Singapura dan menyisakan seorang atase pertahanan.   Sekitar 400 orang Indonesia serang kedutan besar Singapura. Tuntutan boikot terhadap kapal-kapal singapura berlangsung.  Hubungan  telekomunikasi dengan Singapura terhenti selama 5 menit.  Hubungan  Bilateral juga dituntut publik dipelajari kembali. Hubungan Indonesia-Singapura memburuk, jatuh ke titik paling nadir. Menteri Luar Negeri  Adam Malik ingatkan bahayanya hubungan yang memburuk. 

Titik balik hubungan terjadi setelah Singapura tunjuk Duta besar Khoon Coy yang fasih berbahasa Indonesia.  Ia berusaha menjalin orang-orang terdekat Pak Harto. Akhirnya pertemuan Lee Kwan Yew-Pak Harto terjadi di Lusaka, saat KTT Non Blok tahun 1970. Kesan Lee: Pak Harto seorang pendengar yang baik. Tahun 1973 Lee Kuan Yew ingin berkunjung ke Indonesia.  Pak Harto tetap tidak melupakan Usman-Harun, lalu  Pak Harto mengajukan syarat.  Lee Kuan Yew harus menabur bunga di pusara Usman  dan Harun, bukan di kaki tugu Taman Makam Pahlawan Kalibata sebagaimana lazimnya dilakukan kepala negara lain. Lee akhirnya menuruti syarat Pak Harto. Hubungan Indonesia-Singapura membaik.

Masa-masa berikutnya tercipta saling kepercayaan dan terbiasa dengan "Pertemuan empat mata" diantara keduanya.  Kesan Lee Kuan Yew: Pak Harto orang yang berfikir dalam (thoughtful-man), rendah hati, bersahabat dan punya sikap tegas.  Lee Kuan Yew menjadi Menteri Senior saat Indonesia diterpa krisis 1997, tapi pendapatnya masih diperhitungkan. Soal krisis ia berpandangan: Tidak ada orang yang mengharapkan Indonesia juga menghadapi krisis mata uangnya (tahun 1997). Tulis Lee Kuan Yew.  Pemerintah Singapura sangat percaya ekonomi Indonesia lebih baik dari pada Thailand. Indonesia tidak memiliki defisit anggaran yang besar dan  Inflasi Indonesia rendah, utang luar negeri yang "modest".  Namun krisis Thailand telah menimbulkan panik para fund manager "kata Lee Kuan Yew". 

Lee Kuan Yew kemudian memuji Indonesia menggandeng International Monetary Fund/IMF atasi krisis. Presiden Soeharto meminta Singapura naikkan bargaining power Indonesia hadapi IMF. Lee Kuan Yew menjadi kurang sependapat, ketika Pak Harto mengevaluasi kembali kerjasama dengan IMF dan Pak Harto ingin lepas dari IMF.  Saat Christmas/Hari Natal 1977, Lee Kuan Yew mengundang Siti Hardiyanti Rukmana/Tutut ke Singapura.  Lee menekankan Indonesia harus patuh syarat IMF sebagai jalan keluar. Dan Pak Harto adalah Pak Harto, pada 6 Januari 1998, menyampaikan beliau menyampaikan RAPBN di depan DPR.  Dan Lee Kuan Yew mengeluhkan hal tersebut karena tidak dibicarakan dengan IMF terlebih dulu. 

Pada tanggal 8 Januari 1998, Jakarta dilanda kepanikan, lalu banyak orang memborong kebutuhan pokok.  Rupiah menembus angka Rp. 11.500, dan terjadi rush & capital flight ke Singapura.  Presiden Clinton menghubungi  PM Singapura Goh Chok Tong & Presiden Soeharto.  Clinton akan kirim Menteri keuangannya Lawrence Summers.  Lalu pada tanggal 9 Januari 1998, Siti Hediati Hariyadi/ Titiek Soeharto atas persetujuan Pak Harto menemui Lee Kuan Yew. Ia meminta Singapura membantu naikkan "dollar-bonds". Menurut seorang banker internasional, kenaikan dolar akan membantu menstabilkan rupiah. Lee Kuan Yew mengatakan, dalam kondisi krisis seperti itu,  tidak mungkin.  Lee menolak permintaan Titiek Soeharto. 

Titiek juga mengeluh, adanya rumor bahwa Singapuralah yang telah melemahkan nilai rupiah  Dan sikap para banker Singapura, yang menyarankan orang-orang Indonesia memarkir uangnya di Singapura. "Dapatkan semua itu dihentikan.?" permintaan Titik  dengan struktur bahasa yang halus. Lee Kwan Yew menolak permintaan Titiek  dengan mengatakan bahwa itu tdak efektif, sebab orang bisa saja memindahkan uang. Orang bisa memindahkan uang ke mana saja hanya tekan tombol komputer.  Lee Kuan Yew sarankan Titiek penuhi IMF.  Lee Kuan Yew juga sarankan Titiek mengundang Paul Volcker, mantan ketua "The Fed" untuk menjadi penasehat Presiden Soeharto. 

Tapi Pak Harto tak memenuhi saran Lee Kuan Yew, justru kelak Presiden Abdurrahman Wahid/ Gus Dur yang menggunakan Paul Volcker sebagai penasehat.  Pada tanggal 9 Januari 1998 itu Pak Harto terpaksa menandatangani kesepakatan kedua dengan IMF.  Ia dan keluarganya bertarung melawan IMF.  Lalu Lawrence Summers katakan pandangan AS perlunya penghentian cara-cara Presiden Soeharto dalam penyelenggaraan pemerintahan.  Lee Kuan Yew tidak setuju usul Summer, karena siapapun penggantinya, tidak akan sekuat Presiden Soeharto.  Yang diperlukan adalah syarat IMF yang ketat.  Lee Kuan Yew berpendapat, Presiden Soeharto perlu dibantu keluar dari krisis dengan syarat IMF yang ketat, tetapi Presiden USA Bill Clinton justru menolak.

Pidato Clinton pada saat kampanye 1992, juga dikutip Lee Kuan Yew, adalah sebagai gambaran Presiden Clinton ingin Presiden Soeharto tumbang. "Perang dingin telah usai. Mereka (AS) tidak melihat lagi alasan untuk 'memanjakan' (molly-coddle) Soeharto", kutip Kuan Yew.  Pada Maret 1998 setelah menyampaikan pesan Clinton ke Pak Harto, Wapres Walter Mondale, Singgah ke Singapura, menemui PM Goh & Lee.  Dengan pongah Mondale bertanya kepada Lee Kuan Yew: "Anda tahu Marcos.? Apakah Marcos pahlawan atau bajingan (a hero or a crook)?" Bagaimana Soeharto dibandingan dengan Marcos? Apakah Soeharto seorang patriot atau bajingan? (a patriot or a crook?) 

Lee Kuan Yew menjawab, "bahwa Marcos mungkin telah memulai sebagai pahlawan, tapi kemudian mengakhiri sebagi bajingan".  "Soeharto adalah beda. I would not classify Soeharto as a crook, (saya tidak akan mengklasifikasikan Soeharto sebagai bajingan", Kata Lee.  Dalam krisis, PM Goh Chok Tong temui Pak Harto sebanyak tiga kali yaitu pada Oktober 1997, Januari dan Februari 1998. Selalu tekankan komitmen IMF.  Pertemuan Februari itu, Goh mengatakan bahwa Pak Harto telah merasa "dikepung dan menyimpulkan barat kehendaki ia turun".  Saat bersamaan, Januari 1998, Pak Harto umumkan kriteria wakil Presiden yang mengarah ke sosok BJ Habibie. "High cost and hight tech project", tulis Lee.

Tanggal 7 Februari 1998, Lee Kwan Yew sampaikan pidato dan ingatkan bahwa pasar diguncang (disturbed) dengan kriteria wakil Presiden yang di umumkan Pak Harto. Apakah sikap Lee Kwan Yew menolak Habibie ini juga sejalan dengan faksi-faksi dalam negeri Indonesia  yang mengincar jabatan wapres? Habibie adalah produk Jerman, yang budya IPTEK nya berbeda dengan ekonom lulusan USA.  Sebelumnya, telah lama muncul pertentangan Habibienomic &Widjonomic. Ada analisis mempertandingkan keduanya merupakan upaya Presiden Soeharto untuk keluar dari cengkeraman & kendali neolib. Banyak juga pemimpin asing yang secara diam-diam meminta Lee Kwan Yew peringatkan Pak Harto tidak tunjuk Habibie. Mereka diantaranya adalam Paul Keating, Goh Chok Tong, Anwar Ibrahim, Daim Zainudin (penasehat ekonomi Malaysia)

Ketika Pak Harto jalan terus, "fund manager" dan pedagang valas terus bereaksi, kurs rupiah tembus Rp. 17.000,-. Saat-saat sulit itulah , tudingan ke Pak Harto KKN, otoriter, dan lain-lain, semakin gencar. Kerusuhan di dalam negeri juga marak, lalu Siapa penggeraknya? Memenuhi aspirasi masyarakat, Pak Harto bentuk komite reformasi, tapi respon kurang memadahi. Ia menyatakan berhenti. 

Adalah benar-benar sebuah tragedi bagi seorang pemimpin yang telah mengubah Indonesia yang miskin di tahun 1965 menjadi sebuah "an emerging tiger economy", meningkatkan tingkat pendidikan rakyatnya, dan telah membangun infrastruktur untuk pembangunan Indonesia selanjutnya". Hari-hari berikutnya (awal-awal reformasi) tekanan agar patuh intruksi IMF, termasuk privatisasi aset-aset startegis bangsa terus bergulir. Melalui operasi senyap, pada saat politisi hingar bingar rebutan jabatan, aset-aset strategi bangsa berpindah kepemilikan kepada asing. Perpindahan aset-aset strategis bangsa itu menggunakan perusahaan-perusahaan yang bermarkas di Singapura. Salah satunya Temasek Holding. 

Temasek kabarnya menyewa Myrna Thomas sebagai managing director for corporate affairs untuk menetralisir persepsi orang melalui media.  Euforia politik pada era reformasi merupakan pengalih perhatian. Banyak lahir Undang-Undang bercorak liberal dimana aset strategis negara berpindah tangan.  Di kemudian hari sebagaimana dikutip New York Times, Camdesus nyatakan “We created the conditions that obliged President Soeharto Left his job" 

Kembali ke soal Clinton. Kronologi di atas mungkin bisa melengkapi teka-teki, peran Clinton terhadap Indonesia 16 Tahun terakhir.  Indonesia tidak memiliki mentalitas ekspansionis, hanya ingin berdaulat dan mandiri atas bangsanya. Kemandiriannya tidak perlu dikhawatirkan, sebab kemandirian Indonesia dan wilayah sekitarnya akan membawa implikasi positif bagi ketenteraman dan dinamika ekonomi dunia.  Melalui ASEAN WAY (jalan ASEAN), Gerakan Non Blok, OKI, Presiden Soeharto telah membuktikan peran Indonesia itu. 

Sebuah kesalahan besar bagi negara manapun, jika menempatkan Indonesia sebagai musuh. Mencederai Indonesia akan memunculkan efek balik. Mungkin kita perlu ingatkan, ketika Cola Mandala India memporak-porandakan Sriwijaya, India kelak menderita oleh penjajahan Inggris. Kubilai Khan, penakhluk emperium-emperium besar, tapi ketika mengusik Nusantara, kelak kekaisarannya lenyap tak berbekas. Kekaisaran Cina yang memicu Paregreg, kelak bangsanya juga menderita dalam rentang Panjang, termasuk oleh brutalnya penjajahan Jepang. Ketika Eropa menjajah Nusantara, kelak terbalas oleh orang-orang Eropa sendiri yang kalap, melalui sosok Hitler. Eropa jatuh dalam kegelapan.   Ketika Jepang mengusik nusantara, ia harus merasakan kepanikan AS dengan jatuhnya Bom Atom, Hirosima & Nagasaki.  Ulah AS dalam krisis 98, juga tersisir tipis, melalui krisis ekonomi yang dialaminya,  setidaknya tahun 2008. Semua ada efek balik.

Hukum kehidupan selalu mengalami kesetimbangan. Sebagaimana gambaran pergeseran-pergeseran pendulum peradaban di atas. Lebih tepatnya, kunjungan Clinton atau Mr. Klintu di tunda saja. Ia harus paham "Heart of Nusantara.". Salam Nusantara. 




1 komentar:

  1. Casino.com Archives - Dr.Mcd
    › news › bino 화성 출장샵 › news › bino Feb 9, 2021 — Feb 9, 2021 The casino has a huge selection of games, and that includes slots, 양주 출장샵 blackjack, 동해 출장안마 table 제천 출장샵 games 동해 출장마사지 and bingo. This page will also allow you to play more than 400

    BalasHapus