Manusia hidup di dalam atau oleh metafor? Apakah kehidupan itu sendiri adalah metafor?
Filsafat tentang metafor awalnya dipopularkan oleh aristoteles dalam bukunya "poetics". Di mana-mana metafor. Komunikasi manusia dalam segala jaman, dari obrolan keseharian hingga obrolan ilmiah. Metafor merupakan dasar pencapaian manusia dalam berbahasa untuk mengatasi batas-batas pikirannya. Metafor menunjukkan daya ekspresi, penjelasan maupun penciptaan, yang muncul terutama dari potensi visual.
Metafor adalah produk kerja imajinasi ketika pikiran dan indra (sense) saling interaksi dalam batas-batasnya. Metafor - produk imajinasi yang menjauhkan diri dari referensi serba benda sebagai materialitas bahasa, menjadi referensial-non-referensi. Lewat metafor manusia menyadari keterkaitannya dengan alam benda-benda menjadi cerita-cerita kecil - memasuki sebuah kehidupan tertentu.
Manusia menggunakan metafor untuk suatu daya tarik bercerita yang melahirkan sastra, filsafat, agama, ilmu pengetauan, dan lain-lain. Metafor seringkali menjadi sebuah penanda bagi upaya manusia ke luar dari kompleksitas masalah kesehari-harian. Metafor seringkali membuat manusia maklum akan kenyataan, bertahan atau mengakui ketaksanggupan diri dari upaya-upaya tertentu. Metafor membuat manusia paham tentang ruang dan waktu, kerja, konflik, faktisitas, dan bagaimana menjadi eksistensi.
Metafor menyadarkan tentang relasi kesatuan dan keberagaman dunia ketika seseorang merasakan dirinya laksana daun, ikan, air, macan, bola, dsb. Dengan metafor manusia belajar lebih seksama bahwa kehidupan itu berwarna-warni, bukan sekedar dikotomi hitam-putih. Metafor membawa kita pada kesadaran paradoksal, misteri, infinite, fleksibel dari pada definitif dan totalitas.
Berpikir metaforik senantiasa mendorong kesadaran manusia pada adanya sela sekecil apa pun dalam mengalami kebuntuan. Berpikir metaforik lebih menunjukkan optimistik dari pada pesimistik, tersebab tujuannya tak lain untuk mengatasi faktisitas diri dan situasi. Berpikir metaforik bukan menampik adanya sisi gelap kehidupan namun justru menyibaknya agar tak merasa terancam atau ketakutan olehnya.
Karya sastra yang kaya dengan bahasa metafor dibangun untuk mendalami sebuah peristiwa agar manusia melek akan sebab-musababnya. Karya sastra yg kaya dengan metafor dibangun dengan tujuan agar manusia memiliki harapan untuk hidup dan siap hadapi kematiannya. Metafor merupakan problem interpretasi untuk memahami asal-usul species dan kehidupan secara keseluruhan.
Manusia membuat metafor karena penasaran terhadap tirai yang menghambat rasa ingin tahunya akan inti realitas. Tirai penghambat itu tak lain adalah bahasa, mengapa,? karena bahasa bukanlah penemuan sekali jadi dan sempurna oleh manusia. Metafor pada umumnya berangkat dari benda namun bukan menunjuk benda itu sendiri selain berupa tanda dari benda itu - semiotika.
Metafor merupakan bagian dari penanda yang dalam dirinya sendiri tak lengkap untuk dimaknai selain sekedar meniupkan harapan. Metafor sebagai tanda bergayut dalam makna kata yang tak lepas dari konteks pencipta dan pengguna, Metafor itu situasional sifatnya. Dalam karya sastra metafor menghidupkan narasi, karakter tokoh dan tema sekaligus gaya bahasa yang digunakan. Metafor adalah plastik dan karet dalam karya tulisan apa pun, sifat tarik-ulur untuk membangun pemaknaan membuat tulisan itu multitafsir.
Metafor membuka dimensi retoris dalam setiap percakapan sekaligus memancing cakrawala wawasan untuk memperkaya makna akan duduk perkara. Metafor yang tepat akan memperkaya makna interpretasi dan cakrawala pemahaman. Seseorang menjadi eksis oleh metafor yang tepat. Berkias diri dengan nama-nama binatang, burung, benda-benda angkasa, pohon, rumput dan sebagainya. Kehidupan itu menjadi indah oleh metafor sebagaimana penyair mengolah kegetiran dan kekejaman hidup menjadi sederetan kata indah dengan metafor.
Filsafat tentang metafor awalnya dipopularkan oleh aristoteles dalam bukunya "poetics". Di mana-mana metafor. Komunikasi manusia dalam segala jaman, dari obrolan keseharian hingga obrolan ilmiah. Metafor merupakan dasar pencapaian manusia dalam berbahasa untuk mengatasi batas-batas pikirannya. Metafor menunjukkan daya ekspresi, penjelasan maupun penciptaan, yang muncul terutama dari potensi visual.
Metafor adalah produk kerja imajinasi ketika pikiran dan indra (sense) saling interaksi dalam batas-batasnya. Metafor - produk imajinasi yang menjauhkan diri dari referensi serba benda sebagai materialitas bahasa, menjadi referensial-non-referensi. Lewat metafor manusia menyadari keterkaitannya dengan alam benda-benda menjadi cerita-cerita kecil - memasuki sebuah kehidupan tertentu.
Manusia menggunakan metafor untuk suatu daya tarik bercerita yang melahirkan sastra, filsafat, agama, ilmu pengetauan, dan lain-lain. Metafor seringkali menjadi sebuah penanda bagi upaya manusia ke luar dari kompleksitas masalah kesehari-harian. Metafor seringkali membuat manusia maklum akan kenyataan, bertahan atau mengakui ketaksanggupan diri dari upaya-upaya tertentu. Metafor membuat manusia paham tentang ruang dan waktu, kerja, konflik, faktisitas, dan bagaimana menjadi eksistensi.
Metafor menyadarkan tentang relasi kesatuan dan keberagaman dunia ketika seseorang merasakan dirinya laksana daun, ikan, air, macan, bola, dsb. Dengan metafor manusia belajar lebih seksama bahwa kehidupan itu berwarna-warni, bukan sekedar dikotomi hitam-putih. Metafor membawa kita pada kesadaran paradoksal, misteri, infinite, fleksibel dari pada definitif dan totalitas.
Berpikir metaforik senantiasa mendorong kesadaran manusia pada adanya sela sekecil apa pun dalam mengalami kebuntuan. Berpikir metaforik lebih menunjukkan optimistik dari pada pesimistik, tersebab tujuannya tak lain untuk mengatasi faktisitas diri dan situasi. Berpikir metaforik bukan menampik adanya sisi gelap kehidupan namun justru menyibaknya agar tak merasa terancam atau ketakutan olehnya.
Karya sastra yang kaya dengan bahasa metafor dibangun untuk mendalami sebuah peristiwa agar manusia melek akan sebab-musababnya. Karya sastra yg kaya dengan metafor dibangun dengan tujuan agar manusia memiliki harapan untuk hidup dan siap hadapi kematiannya. Metafor merupakan problem interpretasi untuk memahami asal-usul species dan kehidupan secara keseluruhan.
Manusia membuat metafor karena penasaran terhadap tirai yang menghambat rasa ingin tahunya akan inti realitas. Tirai penghambat itu tak lain adalah bahasa, mengapa,? karena bahasa bukanlah penemuan sekali jadi dan sempurna oleh manusia. Metafor pada umumnya berangkat dari benda namun bukan menunjuk benda itu sendiri selain berupa tanda dari benda itu - semiotika.
Metafor merupakan bagian dari penanda yang dalam dirinya sendiri tak lengkap untuk dimaknai selain sekedar meniupkan harapan. Metafor sebagai tanda bergayut dalam makna kata yang tak lepas dari konteks pencipta dan pengguna, Metafor itu situasional sifatnya. Dalam karya sastra metafor menghidupkan narasi, karakter tokoh dan tema sekaligus gaya bahasa yang digunakan. Metafor adalah plastik dan karet dalam karya tulisan apa pun, sifat tarik-ulur untuk membangun pemaknaan membuat tulisan itu multitafsir.
Metafor membuka dimensi retoris dalam setiap percakapan sekaligus memancing cakrawala wawasan untuk memperkaya makna akan duduk perkara. Metafor yang tepat akan memperkaya makna interpretasi dan cakrawala pemahaman. Seseorang menjadi eksis oleh metafor yang tepat. Berkias diri dengan nama-nama binatang, burung, benda-benda angkasa, pohon, rumput dan sebagainya. Kehidupan itu menjadi indah oleh metafor sebagaimana penyair mengolah kegetiran dan kekejaman hidup menjadi sederetan kata indah dengan metafor.
bersambung , sila mention beliau jika ingin berdiskusi seputar filsafat di akun twitter @tommyfawuy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar